Caci maki setelah selesai pemilihan ketua SENAT Mahasiswa, mau apalagi ternyata saya harus kalah dari temen satu jurusan saya. Bagaimanapun kemenangan itu sudah saya persiapkan mati-matian sebelum waktunya tiba, mulai dari kampanye, membuat program kerja, hingga memperjuangkan IP yang di atas rata-rata. Ketua SENAT merupakan puncak untuk menunjukan jati diri saya sebagai Mahasiswa nomor satu di Fakultas. Tapi apa setelah memperjuangkan itu rasanya runtuh semua bahkan saya tidak percaya dengan apa yang saya peroleh dari hasil ini.
Pemilihan ketua SENAT ini dilakukan oleh FFTV (Fakultas Film dan Televisi) di IKJ dan dihadiri oleh seluruh Mahasiswa FFTV, pemilihan sempat alot setelah hasil forum tidak berhasil hingga tahap "mufakat", hasilnya kegiatan inipun dilakukan dengan cara voting. Setelah bersaing angka yang cukup tipis, akhirnya saya terpaut hanya dua angka dari sang pemenang, tipis memang, namun hasilnya mutlak, DIALAH PEMENANGNYA.
AArgHH..
--0--
Selain mahasiswa saya juga berprofesi sebagai pelatih Taekwondo di salah satu SMP Negri di bilangan Jakarta. Sabtu itu merupakan kejuaraan Taekwondo yang diselenggarakan oleh Klub 69, pertandingan itu melibatkan SMP yang saya bina sebagai rombongan yang ikut berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Yup menjadi yang terbaik, setelah pembinaan dan penyiksaan selama beberapa bulan sebelumnya, inilah saatnya kita berlabuh untuk meraih prestasi diajang kompetisi ini.
Pertandingan berakhir, sebagian dari mereka ada yang menang dan kalah, namun persentasi kalah lebih banyak dari yang menang, walaupun gagal tapi diantara mereka mendapatkan medali walaupun perak dan perunggu, sayapun kecewa hati melihat hasil ini, namun sebagai pelatih tidak etis menyalahkan muridnya yang kalah.
Saat melihat kekecewaan murid-murid saya, pandangan saya terpaku dengan salah satu dari mereka, mukanya tenang bahkan terlihat senang, dialah murid saya yang paling rajin diantara yang lain, Kira namanya, sayapun iseng bertanya.
"kamu dapat apa"
"ga dapet apa-apa kak, kalah partai pertama"
"poinnya berapa-berapa?"
"7-0 ka. hehehe.."
Saya melihat ekspresinya yang tetap ceria, saya pun bingung, padahal Kira setiap kali turun tanding pasti kalah di partai awal, walapun begitu tidak ada kekesalan diraut mukanya. Saya hendak membuat dia sedikit sadar dengan kata-kata saya.
"Kamu kalah..kok kelihatan senang begitu?"
"hehe.. semua orang punya giliran untuk menang... kakak tau saya terus berlatih hanya untuk menunggu giliran itu"
Sayapun tercengang mendengarnya, ucapan anak SMP mengingatkan saya kepada masa saat saya gagal menjadi ketua SENAT, prestasi kuliah saya menurun hanya gara-gara kecewa dan rasa tidak terima. Yup.. saya setuju dengan kata-katanya, semua mempunyai giliran untuk sukses, masalahnya tinggal siapa yang "sabar" menunggu hingga cita-cita itu menyapa.
"Siapa selanjutnya?"